{Soe Hok Gie}
“Akhirnya semua akan tiba
ada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mandala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu
berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan
terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun
menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita
kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut
pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungan dan Komentarnya.